Home > Untuk Pengunjung
Tiongkok dan Indonesia adalah dua negara yang berseberangan walau terpisah oleh lautan, oleh karena itu, sejarah hubungan kedua negara sangatlah panjang. Jauh di zaman Dinasti Han 2000 tahun yang lalu, Tiongkok dan Indonesia sudah membuka gerbang kerja sama bahkan dengan mengarungi hambatan yang berupa lautan yang besar.  Demikian pula, samudera yang besar pun bukan menjadi halangan kedua belah negara untuk berhubungan satu sama lain, malah menjadikannya sebagai pita persahabatan kedua negara. Pada awal abad ke-15, pelayar asal Tiongkok di zaman Dinasti Ming bernama Zheng He berlayar samudera sebanyak tujuh kali, dan selalu mengunjungi Kepulauan Indonesia setiap kalinya. Jejak kakinya tersebar di Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan tempat-tempat lainnya. Pada tahun 1405, Zheng He datang ke Semarang, Indonesia dengan membawa porselen, sutera, emas perak, besi tembaga untuk ditukarkan dengan produk khas setempat, di antara nya termasuk bahan ramuan obat-obatan. Zheng He kemudian mengembangkan sebuah perdagangan yang damai sehingga meninggalkan kesan yang sangat baik untuk persahabatan kedua negara. Ini juga merupakan sebuah bukti penggambaran yang penting dalam sejarah panjang perdagangan obat-obatan antara kedua negara. Dalam ratusan tahun belakangan ini, ilustrasi yang jelas mengenai hubungan persahabatan antara kedua negara menafsirkan pepatah Tiongkok yang berbunyi : “Hai nei cun zhiji, tianya ruo bilin” yang berarti “Jauh di mata, dekat di hati” dengan sebenar-benarnya.

Berkat upaya bersama kedua negara, hubungan Tiongkok dan Indonesia saat ini telah memasuki jalur cepat pembangunan, di antaranya, perdagangan merupakan salah satu bidang kerjasama yang paling aktif, dan paling efektif. Terutama di tahun-tahun belakangan ini, hubungan kerja sama perdagangan Tiongkok-Indonesia telah meraih buah hasil yang sangat melimpah, dimana bidang kerja sama yang terus berekspansi dan jenjang kerja sama yang terus meningkat. Tiongkok sudah menjadi mitra kerja sama dagang Indonesia selama tujuh tahun. Keseimbangan perdagangan kedua pihak terus mengalami perbaikan, yang menjadikan volume perdagangan bilateral meningkat 28% pada kuartal pertama tahun ini. Tiongkok merupakan sumber modal asing utama bagi Indonesia, tahun lalu, investasi Tiongkok di Indonesia meningkat lebih dari 30%, dimana stok investasinya melebihi 10 miliar dolar AS.

Seiring dengan perkembangan ekonomi stabil yang cepat dan pertumbuhan penduduk, Indonesia memiliki potensi industri farmasi yang sangat besar sehingga menjadikannya sebagai salah satu faktor pendorong utama pertumbuhan ekonomi Indonesia. Untuk negara seperti Tiongkok dengan industri farmasi tradisional yang berkembang, Indonesia bahkan seluruh Asia Tenggara tidak hanya mempunyai potensi pasar yang sangat besar dalam pengobatan tradisional, tapi juga bisa menyediakan bahan-bahan ramuan obat-obatan Tiongkok yang penting dalam industri farmasi, seperti sarang burung walet dan bahan-bahan kesehatan lainnya. Selain itu, pasar Indonesia dan negara Asia Tenggara lainnya mempunya permintaan yang kuat dan tetap dalam kebutuhan konsumsi medis, yang sangat bergantung pada impor. Terutama sejak tahun 2014, Indonesia mulai membangun Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Setelah rencana ini dijalankan, diperkirakan  pengeluaran medis akan mencapai 13-16 Miliar dolar AS. Dalam kurun waktu lima tahun, pasar farmasi akan meningkat dua kali lipat. Pada akhir tahun 2018, total nilai industri farmasi Indonesia akan mencapai 7,1 miliar dolar AS. Diperkirakan dalam beberapa tahun ke depan akan ada kebutuhan yang besar untuk tempat tidur rumah sakit, peralatan medis, reagen diagnostik, obat-obatan dan tenaga medis terampil. Sebagai produsen dan pengekspor bahan medis terbesar di dunia, Tiongkok memiliki keunggulan industri yang jelas dan daya saing produk yang unggul serta memiliki komplementaritas yang kuat dengan negara-negara Asia Tenggara seperti Indonesia. Data menunjukkan bahwa dalam 10 tahun terakhir, volume ekspor dan impor produk medis Tiongkok—ASEAN telah tumbuh terus dari tahun ke tahun, dari 2,35 miliar dolar AS pada tahun 2008, menjadi $ 8,27 miliar dolar AS pada tahun 2017.



Selama bertahun-tahun, Kamar Dagang Tiongkok untuk Impor dan Ekspor Obat dan Produk Kesehatantelah menjalin komunikasi dan kerja sama yang baik dengan industri farmasi Indonesia, termasuk mengatur team delegasi promosi dan investasi untuk mengunjungi Indonesia dengan tujuan membantu perusahaan-perusahaan Tiongkok dalam mengembangkan pasar dan berkomunikasi dengan rekan-rekan mereka di Indonesia. Di saat yang bersamaan juga menerima delegasi pemerintah Indonesia dan Persatuan Ahli Farmasi Indonesia, Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat Indonesia (GP-JAMU), Gabungan Pengusaha Obat Tradisional Asing (GAPOTA) dan lain-lain yang berkunjung ke Tiongkok. Kami terus bekerja keras untuk mempromosikan perdagangan bilateral dan kerja sama investasi dalam industri farmasi kedua negara.



Exhibition Profile

Untuk Pengunjung

gdSr